Unit Crusher with spareparts

Sparepart for unit crusher always ready for stock.

Conveyor Gallery

Prepare the Conveyor for customer request.

Ready for Delivery unit

Product for Sand Washing Plant ready for delivery.

Installation Process

Impact crusher was installed on Customer location .

Finishing Process

Ready for Test and Commisioning.

Sabtu, 31 Oktober 2015

Stone Crusher 100TpH ( primary-secondary-tertier jaw)


Sebagai pengusaha tulent tidak pernah menyatakan berhenti disaat tenaga dan pikiran masih berkesinambungan. Diawal plant yang ada berkapasitas 5TpH, meningkat menjadi 20TpH, 60TpH, 100TpH, dst hingga bahan galian habis. Disini saya akan membeberkan sedikit gambaran mengenai crusher plant kapasitas sedang, yaitu berkapasitas 100TpH. Tipe unit crusher bisa bermacam-macam tergantung keinginan pemilik atau mengikuti hasil galian yang ada. Jaw to Jaw, Jaw to Cone, Jaw to Impact, dll. Disini saya akan memberikan sedikit gambaran tipe crusher Jaw to Jaw to Jaw. Kenapa Jaw nya ada 3? Emang 2 aja tidak cukup? Nah..disini kita akan mencari produk batu dengan komposisi abu batu (ukuran 0-5mm) lebih banyak.
Unit yang dipasang adalah sebagai berikut:
1. Hopper 15 kubik
Kapasitas hopper ini sudah mencukupi raw material untuk produksi secara kontinu, 1 kali unload batu dari dumptruck menghabiskan waktu sekitar 6-7menit.
2. Feeder GZD960x4800
Tipe feeder ini bisa mengalirkan raw material hingga 120TpH. Jika disesuaikan dengan kapasitas produksi, unit ini tidak perlu mengeluarkan daya maksimalnya, yang berimbas pada lifetime yang lebih lama.
3. PE600x900
Jaw crusher ini adalah tipe jaw untuk primary ( dapat menghancurkan batu hingga dimensi 0,5Mtr). Kapasitas hingga 120TpH.
4. 2-PEX250x1200
Jaw crusher tipe PEX difungsikan sebagai secondary atau tertier. Nah, tipe diatas diposisikan sebagai secondary ( ukuran batu yang dihancurkan maksimal 16cm)
5. PEX300x1300
PEX300x1300 ini kita posisikan di tertier, dikhususkan untuk menghasilkan batu ukuran 0-5mm (abu batu).
6. Screen 4YK1860
Fungsi utama adalah menyaring batu hasil penghancuran jaw menjadi ukuran-ukuran tertentu sesuai mesh dari ayakan tersebut. Standardnya : 0-0,49mm, 5-9,9mm, 10-19,9mm, 20-29,9mm, 30-49,9mm
7. Conv BW800x14Mtr
Sebagai main conveyor yang menyalurkan material batu dari primary Jaw ke Secondary Jaw.
8. Conv BW800x21Mtr
Menyalurkan material batu dari secondary Jaw ke ayakan.
9. 2-Conv BW600x10Mtr
menyalurkan material batu dari ayakan ke tertier Jaw dan dari tertier ke bw800x21Mtr
10. 4-Conv BW500x16Mtr
Sebagai conveyor product.

Kamis, 22 Oktober 2015

Great Dryer, Baghouse dan Cyclone

Karakteristik didalam Drum pengering memiliki desain dan sistem sendiri-sendiri sesuai dengan brand masing-masing dan dikombinasi dengan burner masing-masing. Semakin jauh jangkauan api burner, semakin banyak jumlah mangkuk yang dipasang didalam Dryer. 
Dari teori dan fungsi Dryer adalah sebagai pengering, maka aggregate yang disalurkan melalui Dryer hanya akan dikeringkan, bukan dibakar ( api dari Burner tidak boleh kontak langsung dengan aggregate ). Dengan konsep inilah maka didesain burner dan Dryer sesuai dengan fungsi nya.
Beberapa Dryer dikombinasi dengan burner yang tidak sesuai dengan desainnya, alhasil aggregate yang dihasilkan akan mudah retak dan mudah rapuh. Kualitas hotmix juga akan berpengaruh walau tidak dalam waktu singkat. Disamping dapat dilihat bahwa bagian depan terdapat mangkuk-mangkuk sedangkan dibagian belakang hanya didesain sirip-sirip, karena api yang keluar dari burner hanya mencapai bagian mangkuk, sedangkan bagian sirip tidak terjangkau api hanya panas saja. sehingga proses pengeringan aggregate sesuai dengan konsep yang seharusnya.

Baghouse adalah sistem yang mengusung konsep "Go Green", karena polusi yang terjadi hanya mencapai 1%-3%. berbeda sedikit dengan Dust Collector sistem cyclone yang mengurangi polusi hanya maksimum 93%. Bag atau karung menangkap debu ini sangat efisien karena ukuran dust yang ditampung hingga ukuran 0,001 mm. Jika ada instalasi AMP dekat dengan pemukiman, unit ini sangat diperlukan untuk mengurangi polusi yang meresahkan masyarakat. 


 
Coba bandingkan dengan gambar dibawah yang sama-sama berfungsi sebagai dust collector. Debu yang mampu ditangkap oleh sistem cyclone hingga ukuran 0,05mm saja.
 

Rabu, 21 Oktober 2015

Asphalt Mixing Plant Installation

Proses instalasi AMP dapat dilakukan dengan 2 system : menggunakan drawing atau menggunakan pengalaman. Hampir sama tapi berbeda, jika menggunakan drawing berarti mengikut prosedur dan lebih presisi walau waktu akan sedikit lebih lama. Jika dibandingkan dengan yang berpengalaman, akan lebih cepat tapi tingkat kepresisiannya sedikit kurang.
Alangkah baiknya jika proses instalasi dilakukan menggunakan drawing plus dengan pengalaman. Nah itu celah-celah nya sudah mengerti dan pasti lebih cepat dan presisi, kombinasi dan perpaduan adalah menjadi solusi yang selalu lebih baik karena dapat merangkul kekurangan dan kelebihan sesuatu.
Kembali ketopik ya, hehe. Proses umum dalam instalasi AMP adalah:
1. Mixing Tower Installation.
Dasar penentu untuk instalasi lainnya berpacu pada Mixing Tower ini, mulai dari Pugmil, Hotbin dan Vibrating Screen. Setelahnya baru kita install supporting component seperti Filler Elevator, Hot Elevator dll.
2. Aggregate system.
Untuk bagian ini adalah Drying Drum, aggregate conveyor dan Cold Bin
3. Asphalt System.
Asphalt piping, asphalt tank, hot Oil System menjadi komponen dari system ini. Instalasi pipa-pipa, instalasi oil heater, dsb.
4. Dust Collecting System.
Instalasi bagian ini sebagai sistem untuk mengurangi polusi. Selain itu juga bisa sebagai penambah filler untuk pencampuran hotmix.
5. Air system.
Pemasangan saluran udara bertekanan berfungsi sebagai supporting pneumatik sistem, bukaan pintu pintu mixer, hotbin, bukaan pintu timbangan dsb.
6. Electrical Installation.
Pekerjaan ini untuk connect kabel ke dinamo, load cell, valve pneumatik, dsb.
7. Test and Commisioning.





Senin, 19 Oktober 2015

How to set a aggregate value in AMP



Proses penimbangan aggregate sebelum dicampur didalam pugmill atau mixer, bisa dikatakan mendekati nilai real dari komposisi yang seharusnya. Kenapa saya ungkapkan demikian, karena memang tidak bisa 100% fix nilai timbangan dari aggregate itu sesuai dengan seharusnya. Hal ini terjadi karena pada saat penimbangan selesai pasti ada sisa aggregate yang belum tertimbang.
Bisa kita bayangkan air pancuran, dibawahnya diletakkan ember untuk diisi. Saat penuh, air pancuran kita tutup. Saat sepersekian detik pasti ada air yang belum jatuh ke dalam ember. Nah, sejumlah air yang belum sampai ke dalam ember kita anggap nilai x. Nilai x itu persis dengan kondisi aggregate yang akan ditimbang. Cara mencari x diatas adalah dengan cara mengukur luasan bukaan pintu hotbin untuk aggregate tersebut. Selanjutnya kita ukur jarak dari mulut bukaan hotbin tersebut hingga ke dasar mixer. Dengan kedua nilai diatas kita dapat nilai kubikasi dari aggregate. Kubikasi aggregate dan density aggregate sudah ketemu. Dan kita mendapatkan nilai berat aggregate atau nilai x ( ini secara teoritik ).
Jika mengacu pada nilai real adalah dengan cara membuat sampel/prototipe yang menyerupai Hotbin dan mixer. Hanya saja diantara mixer dan hotbin ditaruh plat pembatas. Saa Kita melakukan proses penimbangan yang persis saat produksi, plat digeser keluar. Bila nilai timbangan mencapai Plat pembatas langsung digeser untuk menutupi mixer dengan hotbin. Nah, diatas plat akan ada tumpukan aggregate sisa hasil timbangan. Sisa aggregate tinggal ditimbang. Nah, nilai timbangan itu kita sebut dengan nilai x.
Gampang kan??
Dari proses produksi hotmix secara otomatis ataupun Semi-otomatis, nilai x itu sangat penting karena berfungsi untuk menentukan nilai pendekatan dari komposisi yang seharusnya.
Di Programmable terminalnya akan ada settingan untuk nilai x tersebut, jadi dengan karakteristik aggregate, kita dapat mengatur nilai x sesuai dengan yang seharusnya. Nilai x ini berfungsi sebagai inputan pada PLC agar saat (nilai aggregate-nilai x) sudah dicapai, bukaan pintu hotbin langsung tertutup. Jadi saat proses penimbangan selesai, nilai timbangannya mendekati nilai yang kita setting sebelumnya.

Minggu, 18 Oktober 2015

Asphalt Mixing Plant Operation System

Sistem produksi yang disematkan di Asphalt Mixing Plant terdiri dari 3 metode, yaitu sistem Manual, Semi Otomatis dan Otomatis. Dari ketiga sistem ini memiliki karakteristik sendiri-sendiri.


Manual System
Sistem manual dioperasikan full oleh operator, komposisi per aggregate, bitument dan filler disesuaikan oleh kecepatan dan kecekatan dari operator, karena proses penimbangan aggregate akan sesuai komposisi jika operator cekatan. Buka tutup pintu bukaan dari bahan tersebut akan tersesuaikan dengan sendirinya jika operator sudah berpengalaman.


Semi-otomatis System
Sistem ini sedikit lebih mudah karena proses penimbangan dan proses pencampuran akan terhenti dengan sendirinya jika sudah tiba pada waktu yang sudah disetting sebelumnya. Operator hanya memerlukan kecepatan jari untuk mengatur bukaan pintu dari bahan material dan pintu bukaan bawah pada mixer.


Otomatis System
Sistem otomatis akan lebih menyederhanakan kinerja Operator. Karena sistem sirkulasi produksi sudah terintegrasi dengan PLC ( proccessor ). Jadi operator hanya memantau suhu material, suplai kebutuhan material dengan cara mengatur kecepatan feeder di Cold Bin agar pada saat penimbangan tidak terjadi kekurangan aggregate.


Di Indonesia tidak seluruhnya operator tertarik dengan proses otomatis, karena metode ini baru diterapkan di AMP di beberapa tahun terakhir saja, sehingga operator yang sudah terbiasa dengan metode manual, menjadi sedikit kaku dwngan metode ini.

Stone Crusher Automation

Proses produksi Stone Crusher dengan metode otomatis masih jarang bahkan sulit ditemukan di Indonesia, selain masih baru dan biaya yang dibutuhkan juga tidak sedikit. Tapi tidak dipungkiri bahwa Plant Crusher berkapasitas besar ada baiknya diterapkan metode otomatis ini. Selain memudahkan operator, jangkauan operator dan pekerja lain bisa lebih fokus pada unit dan komponen yang kemungkinan mengalami trouble. Biasanya dengan sistem manual, operator lebih fokus di ruang operator dan kurang fokus untuk mengecek kondisi diluar.
Kita buat contoh kecilnya, Crusher Plant dengan komposisi unit Jaw to Jaw.
1 Unit Hopper kapasitas 12 kubik
1 Unit Feeder kapasitas 80TpH
1 Unit Jaw PE500x750
1 Unit Vibrating Screen 4YK1548
2 Unit Jaw PE250x1200
dan ada 8 conveyor pendukung


Dengan tipe Plant tersebut diatas, layoutnya adalah sebagai berikut:
Dengan plant seperti diatas, sistem otomatis adalah sebagai berikut:
Proccesor akan menerima signal bahwa tombol START sudah ditekan, konveyor produk akan bekerja secara bertahap ( Tiap 10 detik ). Setelah jeda beberapa detik, Konveyor utama akan bekerja, dilanjutkan oleh konveyor dari Secondary Jaw. Setelah 5 detik, Secondary Jaw akan menyala ( sistem START-DELTA), dilanjutkan oleh Secondary Jaw yang satunya.

Jumat, 16 Oktober 2015

Dari Crusher Plant ke AMP dan Batching Plant

Bekerja di bidang Crusher, Batching Plant dan AMP memang berkutik pada infrastruktur (jalan, jembatan dan konstruksi), tetapi kalo ditelusuri lebih detail bidang ini sangat vital pemanfaatannya. Tetapi orang awam yang sering melihat konstruksi yang sedang dikerjakan, jalan yang dihotmix tidak seluruhnya mau menelusuri sebenarnya awal dari keseluruhan bahan itu didapat dari mana. Tau nya ya jalan diaspal, ada menara tinggi yang sedang dibangun. Udah begitu saja.
Ini adalah alasan saya diawal sehingga berkecimpung didunia ini. Setelah didalami ternyata banyak yang menjadi pelajaran dan ilmu berharga. 


Sedikit penjabaran yang pernah saya ketahui, bahan utama dari ketiga plant ini hanya batu, semen, bitument. Bahan tambahan juga ada seperti zat adiktif, zat ini berfungsi sebagai peningkat kualitas dari produk yang dihasilkan. 

Crushing Plant.
Ukuran batu hasil galian yang masuk ke plant crusher tergantung dari mulut bukaan dari Primary, biasanya paling kecil 20-30cm hingga 200cm. sedangkan hasil atau produk 0-5mm, 5-10mm, 10-20, dst. Tergantung dari ukuran mesh di Vibrating Screen

Asphalt Mixing Plant ( AMP )
Bahan baku diambil dari hasil produksi di Stone Crusher, biasa disebut dengan kata "aggregate". Aggregate dari bahan ini memiliki ukuran sesuai dengan komposisi yang dibutuhkan untuk menghasilkan hotmix ( biasanya komposisi tersebut dikeluarkan setelah dilakukan pengecekan di lab menggunakan alat khusus ). Selain aggregate ada juga bahan lain untuk menghasilkan hotmix yaitu filler ( semen ), aspal dan zat adiktif, biasanya zat tambahan ini diperlukan sesuai dengan kebutuhan.
Hotmix yang dihasilkan oleh plant ini, biasanya untuk jalan raya. atau perumahan.

Batching Plant
Sama seperti AMP, bahan baku dari Plant ini adalah aggregate, semen dan air ( kadang ditambahi juga dengan zat adiktif jika perlu ). Hasil dari produksi plant ini digunakan untuk konstruksi bangunan, jembatan, dll.

Gambar Crusher : www.gypsum-crusher.com
Gambar AMP : www.cccme.org.cn
Gambar Batching Plant : www.qunfeng-machine.en.made-in-china.com

Selasa, 13 Oktober 2015

Burner Dryer Inspection

Pengecekan unit Asphalt Mixing Plant, ada kendala pada saat pengoperasian burner untuk Dryer dan Hot Oil system. Sebagai seorang engineer tidak serta merta langsung mencari cara untuk penyelesaiannya. Saya harus investigasi awal terlebih dahulu, apa kendalanya, bagaimana solusi yang dilakukan sebelum saya datang kelokasi dan apa hal-hal yang terjadi pada saat tim dilokasi melakukan solusi yang ada dibenak mereka.
Setelah data-data terkumpul, saya baru menyimpulkan dan mencari solusi yang sesuai dengan standarisasi alat tersebut.

BURNER DRYER
Proses pengoperasiaanya sudah tersaji di display Control Panel, nyalakan pemantik ( bukaan valve gas akan otomatis terbuka ), nyalakan pompa bahan bakar ( kali ini menggunakan solar ), nyalakan blower ( posisi bukaan pintu angin adalah nol ), dan tekan tombol pengaturan bukaan valve solar. Ini adalah standarisasi pengoperasiannya. Saat burner beroperasi, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya :
1. Tekanan dorong untuk bahan bakar adalah 2 bar
2. Bukaan pintu angin untuk blower disetting 1/4 bukaan
3. Valve balikan bahan bakar harus dibuka full agar tidak terjadi tekanan berlebih.
4. Pada saat produksi pastikan asap buangan yang keluar dari cerobong berwarna putih. Jikan warnanya bercampur putih dan hitam, setting kembali bukaan angin pada burner atau kurangi suplai bahan bakar jika memungkinkan.

Simple Coal Gasifier


Saya mau membahas mengenai Coal Gasifier untuk PLTU dikonversi menjadi pengganti Burner di AMP. Ada beberapa kontraktor menggunakan sistem ini, dan hasilnya adalah reduce biaya bahan bakar hingga 70% jika dibandingkan dengan penggunaan bahan bakar solar, residu dll. Selain investasi alat, bahan bakar ini juga sangat mempengaruhi roda keuangan satu perusahaan. Bisa dibayangkan jika dalam penggunaan bahan bakar solar memerlukan biaya hingga ratusan juta perbulan. Sedangkan penggunaan batubara yang lebih banyak tetapi biayanya hanya puluhan juta rupiah. Hal ini bisa menjadikan sirkulasi keuangan sedikit bisa ditekan pengeluarannya.
Coal Gasifier adalah salah satu alat yang mengubah batubara murni menjadi gas. Caranya ya dibakar trus gasnya dikumpulin dengan cara disedot. Dalam sistem Coal Gasifier, ada yang namanya Tungku Pembakaran. Nah ini adalah jantung dari sistem Coal Gasifier ini. Batubara murni akan disuplai kedalam tungku, dimana tungku tersebut sedang terjadi proses pembakaran. Batubara yang disuplai secara kontinyu untuk mempertahankan proses pembakaran agar tetap stabil. Dengan ketinggian tertentu didalam tungku, akan terhimpun gas dengan suhu tinggi. Gas bersuhu tinggi ini nantinya akan tersalurkan melalui saluran yang sudah disiapkan. Gas akan secara alami mengalir melalui saluran tersebut karena didalam tungku akan terdapat tekanan tinggi hingga 10 bar akibat proses pembakaran tadi. Gas bersuhu tinggi ini nantinya akan disalurkan ke dalam dryer dan difungsikan sebagai burner dan pengering aggregate di AMP. Simpel kan?

Mixer or Pugmill

Mixer atau bisa disebut dengan Pugmill adalah unit vital didalam Asphalt Mixing Plant. Keunggulan dari Mixer tersebut terlihat dari hotmix yang dihasilkan dari unit tersebut. Desain, susunan Pedal, dan kekuatan anti panas dari pedal dan liner akan mempengaruhi kehomogenan hotmix. Dengan kapasitas per batch 800-1000kg, jumlah pedal biasanya 10 pcs, dengan ukuran tip dari pedal 15x15mm dan susunan tip yang tidak seragam, akan menjadikan proses pencampuran aggregate, aspal dan filler menjadi random. Dengan proses random dan settingan waktu pencampuran diharapkan hasil hotmix menjadi homogen.


Komponen mixer yang baik seperti pedal tip, liner harus memiliki lifetime minimal 150.000 batch. Mengapa dikatakan demikian, karena diangka tersebut, pemilik AMP sudah mendapatkan profit dari investasi awal ( hehehe. Jangan dianggap serius ya, ini hanya khayalan ane semata ). Tapi intinya, jika komponen Mixer atau Pugmill masih mampu menghasilkan hotmix diatas kapasitas itu berarti anda tidak salah memilih.


Dan ada hal lain yang sering saya jumpai dilapangan, yaitu Kapasitas di brosur minimal sama dengan kapasitas seharusnya. Kalo bisa lebih, itu menjadi nilai plus dari pruduct.
tersebut..

Jaw to Jaw Crushing Plant


Crushing Plant dengan komposisi Primary : Jaw Crusher PE400x600 dan Secondary : PE250x1200 akan menghasilkan product dengan ukuran 0-5mm, 5-10mm, 10-20mm, 20-30mm dengan maksimum kapasitas hingga 30TpH. Ada beberapa aspek yang harus diperhatikan untuk mencapai kapasitas dengan ukuran batu yang diinginkan, antara lain: Bukaan mulut Primary dan Secondary Jaw harus seimbang agar tidak terjadi bottleneck pada saat produksi. Kapasitas tinggi di Primary tetapi kebutuhan Secondary sedikit akan mengakibatkan kelebihan kapasitas sebelum dialirkan ke Secondary Jaw. Bukaan di Primary diset 6cm dan di Secondary diset bukaan 32mm akan menjadikan proses produksi menjadi seimbang. Settingan diatas hanya salah satu inputan untum memperlancar produksi, disamping itu umpan feeder, kecepatan konveyor, kemampuan Vibrating Screen kita anggap sudah memenuhi kriteria dari Plant terrsebut.

Pengecekan unit Jaw saat pemakaian pertama minimal 3x tiap part harus dicek, jika ada kelonggaran pada bautnya segera untuk dikencangkan. Karena hal itu akan mengakibatkan part pendukung pada Jaw akan cepat rusak dan mendadak patah.

Senin, 12 Oktober 2015

North Kalimantan Services

Butuh waktu seharian untuk tiba dilokasi AMP customer ini, Perjalanan udara dari Jakarta - Balikpapan, transit dari Balikpapan menuju Bandar Juwata Tarakan. Tidak sampai disini lho, dari Tarakan harus menaiki transportasi sungai yang biasa mereka sebut Taxy Express (Speedboat) sekitar 2-3 jam menuju Tanjung Selor. Dari Tanjung Selor menuju Lokasi butuh waktu 1-2 Jam perjalanan darat. Wuihh,, capek dan kaget adalah hadiah yang kita dapatkan.

 
 Service alat dilaksanakan keesokan harinya, mengingat wajah masam dan letih sudah terpancar disetiap anggota yang datang dari Jakarta. :-D
Dibawah ini beberapa gambar yang diambil dari Lokasi AMP,
 
Asphalt Heating System

Water Circulating System Storage
 Drawing Fan ( Exhaust System )
Setelah 3 hari melaksanakan training dan pengecekan plant ( ditambah dengan pekerjaan pengawasan untuk proses pengoperasian AMP), tim dari Jakarta request ke pihak customer untuk melihat hasil produksi Hotmix yang sudah digelar dijalan. Dan hasilnya memuaskan, walau masih butuh waktu lama agar pengaspalan ini selesai dikerjakan. Dari total 20km yang menjadi target, baru 7km terselesaikan. Dengan strategi yang dilakukan oleh customer, hal ini masih didalam target.





South Sumatra Services

Penggunaan AMP setelah beberapa tahun, perlu diadakannya regenerasi sparepart yang aus dan tidak layak pakai, untuk mengembalikan kinerja Plant. Walaupun hal itu tidak bisa mengembalikan kinerja Plant menjadi 100% seperti baru. Minimal hal tersebut dilakukan untuk mendekati harapan si pemilik, Tidak jarang perusahaan kontraktor masih menggunakan prinsip ekonomi yang seharusnya tidak layak diimplementasikan ke sistem ini. "jika masih bisa berfungsi, gunakan saja. Kalau rusak baru kita ganti". Inilah yang disebut implementasi prinsip ekonomi, yang saya pikir terlalu riskan jika diperuntukkan pada suatu alat yang notabene akan berpengaruh pada unit yang lain, jika prinsip ini dilakukan.
Setelah berdiskusi dengan si pemilik, ada beberapa rekomendasi yang kami sampaikan agar segera diganti dengan sparepart yang baru.

Coba diperhatikan lebih spesifik, blade dari screw tersebut sudah tidak proporsional. Hal ini dikarenakan bahan yang diangkut tidak sesuai dengan karakteristik dari blade itu sendiri, sehingga pemaksaan kehendak akan berakibat pada kerusakan alat yang tidak diinginkan.

Gambar dibawah saya rasa pemilik AMP sudah awam dengan alat ini. Ya betul sekali, alat ini adalah salah satu pendukung air devider. Untuk sistem buka tutup angin, beberapa orang menyebutnya "Solenoid".  Anda tidak memerlukan informasi detail dari gambar ini, karena kondisi alat masuh baik, dan tidak rusak. Jadi tidak perlu penjelasan kan. :-D

Didalam Programmable Terminal terdapat Proccessor yang berfungsi sebagai pengatur dan memory untuk pengoperasian AMP, disetiap Proccessor pasti disematkan alat penyimpan arus, biasanya menggunakan baterai Li-thium atau baterai berbentuk koin. Nah, di proccessor AMP ada baterai Li-thium yang berfungsi sebagai penyimpan daya plus sebagai daya cadangan saat AMP tidak berfungsi dalam waktu yang lama. Tetapi data yang ada didalam proccessor masih tersimpan dengan baik, karena daya untuk bernafasnya proccessor masih disuplai oleh baterai ini.

Ini adalah satu kondisi dimana plant yang sudah difungsikan lama akan ada beberapa alat pendukung yang letih dan rusak. Gambar yang tertera dibawah adalah Vibro untuk Cold Bin Aggregate, kebocoran dibawah terjadi karena kelelahan dudukan vibro karena menerima getaran setiap kali produksi dilakukan. Alhasil akan terjadi crack dan kebocoran material dari sela-sela crack tersebut. Solusi terbaik adalah ganti Cold Bin,,hehehe, nggak ding. Hanya mengelas yang bocor saja kok. Jadi tidak butuh biaya tambahan yang merusak sistem keuangan kan.